11 research outputs found

    URBANISASI DAN DAMPAKLINGKUNGAN DI KORIDOR KENDAL-SEMARANG-DEMAK (Urbanization and Environmental Impact in Kendal-Semarang-Demak Corridor)

    Get PDF
    Tujuan dari paper ini ialah untuk memberikan penjelasan tentang pola dan kecenderungan yang terjadi saat ini terkait pertumbuhan kawasan urban, dan mendiskusikan hubungan antara urbanisasi dan masalah lingkungan di Koridor Kendal-Semarang-Demak, serta implikasi kebijakannya. Lebih dari 20 tahun banyak kawasan urban yang mengalami pertumbuhan dramatis sebagai hasil dari pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan transformasi ekonomi dunia akibat kombinasi dari perubahan teknologi dan politik. Penduduk di perkotaan secara kasar dua kali lipat jika kawasan di pinggiran ditambahkan ke kawasan inti di metropolitan. Dalam kasus di Semarang, hal ini lebih dari dua kali lipatnya. Kawasan dalam didatangi para migran yang datang dari kawasan inti maupun dari pelosok negen. Migrasi netto dalam banyak kasus memberi kontribusi bagi pertumbuhan penduduk di kawasan tersebut, sedangkan di kawasan inti migrasi netto kecil kontribusinya. Model yang komprehensif disarankan karena urbanisasi di koridor Kendal-Semarang-Demak dipengaruhi oleh faktorfaktordemografiyang bersifat strukturaldan sosial.Oleh karenanya keseimbanganantara pelaksanaan manajemen lingkungan perkotaan dengan peningkatan kapasitas sumberdaya lingkungan, merupakan kunci utama bagi keberlanjutan di koridor ini dan kehidupan yang sehat pada umumnya

    Kesenjangan dalam Pembangunan Kewilayahan

    Get PDF
    The purpose this paper is to provide a broad overview of the recent patterns and trends of urban growth, and to discuss the relationship between urbanization and regional imbalances in Indonesia, and also to assess the policy implication. Over the last 20 years many urban areas have experienced dramatic growth, as a result of rapid population growth and as the world‘s economy has been transformed by a combination of rapid technological and political change. The population of the cities roughly doubles when we add the zones to the metropolitan core. In the cases of Semarang, there is much more than a doubling. The inner zones are where the action is migrant come there from both the core and elsewhere in the country. Net migration in many cases contributes as much as two thirds of the population growth in these zones, whereas in the city cores, net migration contributes little to growth. A comprehensive model suggest that regional imbalances in Indonesia is influenced by economic-structural and social demographic factors

    MIGRASI DAN INVOLUSI DI KOTA SEMARANG (Migration and Involution in Semarang City)

    Get PDF
    ABSTRAKMigrasi masuk ke Kota Semarang telah membawa akibat samping berupa terjadinya  involusi perkotaan yakni ketidakseimbangan antara migrasi masuk para pekerja tidak terampil dan pertumbuhan ekonomi kotanya. Penelitian ini bertujuan untuk  menjelaskan dan mempelajari dinamika migrasi masuk dan involusi perkotaan di Kota Semarang,  menjelaskan dan mengidentifikasi determinan dan kaitan migrasi masuk dan involusi perkotaan, dan menjelaskan dan mengidentifikasi kaitan migrasi dan dampaknya. Metode penelitian ini adalah menggunakan data dari BPS (Biro Pusat Statistik), wawancara,  Focus Group Discussion dan observasi lapangan. Penelitian menyimpulkan bahwa di kota Semarang mengalami peningkatan yang pesat jumlah sektor informal dan pekerja tidak terampil lainnya. Di wilayah sekitar Kota Semarang telah terjadi kecenderungan urbanisasi dengan pola menyebar yang ditandai pertumbuhan penduduk perkotaan yang tinggi. Determinan utama migrasi masuk ke Kota Semarang adalah gabungan simultan antara tekanan perdesaan dan daya tarik kota yang dipandang selalu dapat menyediakan lapangan kerja. Dampak migrasi di Kota Semarang adalah involusi perkotaan dan degradasi lingkungan. Saran yang disampaikan adalah daerah di sekitar Kota Semarang perlu mengusahakan keterkaitan antara lokalitas dengan sistem produksi dan ekonomi global di wilayah tersebut untuk menyejahterakan penduduk dan mencegah arus migrasi ke Semarang dan kota-kota besar. ABSTRACTThe migration to Semarang City has resulted in the bad impact of city involution, that is, the imbalance between the migration of underemployment/unskilled labor and the city economic growth. The objectives of this research are to explain and to examine the dynamics of migration and city involution process in Semarang City, to identify and explain determinants of migration and city involution in Semarang City, and  to identify and explain migration and its impact. The data of the research were collected from the data of BPS (Central Bureau of Statistics), in depth interview, Focus Group Discussion, and observation. The results of research show that in Semarang city, there is a sharp increase of informal sector economic activities and unskilled labors. Urbanization tends to occur with a spreading pattern characterized by the high rate of population in urban areas in regencies surrounding Semarang. The main determinants of migration consist of rural pressure and pull factor from Semarang City. The impact of the migration in Semarang is the city involution and environment degradation. It is suggested that the regencies in the hinterland need to manage the relationship between locality and production system and global economy, to improve the peoples’ welfare and to prevent people from migrating to Semarang and other big cities. ABSTRAKMigrasi masuk ke Kota Semarang telah membawa akibat samping berupa terjadinya  involusi perkotaan yakni ketidakseimbangan antara migrasi masuk para pekerja tidak terampil dan pertumbuhan ekonomi kotanya. Penelitian ini bertujuan untuk  menjelaskan dan mempelajari dinamika migrasi masuk dan involusi perkotaan di Kota Semarang,  menjelaskan dan mengidentifikasi determinan dan kaitan migrasi masuk dan involusi perkotaan, dan menjelaskan dan mengidentifikasi kaitan migrasi dan dampaknya. Metode penelitian ini adalah menggunakan data dari BPS (Biro Pusat Statistik), wawancara,  Focus Group Discussion dan observasi lapangan. Penelitian menyimpulkan bahwa di kota Semarang mengalami peningkatan yang pesat jumlah sektor informal dan pekerja tidak terampil lainnya. Di wilayah sekitar Kota Semarang telah terjadi kecenderungan urbanisasi dengan pola menyebar yang ditandai pertumbuhan penduduk perkotaan yang tinggi. Determinan utama migrasi masuk ke Kota Semarang adalah gabungan simultan antara tekanan perdesaan dan daya tarik kota yang dipandang selalu dapat menyediakan lapangan kerja. Dampak migrasi di Kota Semarang adalah involusi perkotaan dan degradasi lingkungan. Saran yang disampaikan adalah daerah di sekitar Kota Semarang perlu mengusahakan keterkaitan antara lokalitas dengan sistem produksi dan ekonomi global di wilayah tersebut untuk menyejahterakan penduduk dan mencegah arus migrasi ke Semarang dan kota-kota besar. ABSTRACTThe migration to Semarang City has resulted in the bad impact of city involution, that is, the imbalance between the migration of underemployment/unskilled labor and the city economic growth. The objectives of this research are to explain and to examine the dynamics of migration and city involution process in Semarang City, to identify and explain determinants of migration and city involution in Semarang City, and  to identify and explain migration and its impact. The data of the research were collected from the data of BPS (Central Bureau of Statistics), in depth interview, Focus Group Discussion, and observation. The results of research show that in Semarang city, there is a sharp increase of informal sector economic activities and unskilled labors. Urbanization tends to occur with a spreading pattern characterized by the high rate of population in urban areas in regencies surrounding Semarang. The main determinants of migration consist of rural pressure and pull factor from Semarang City. The impact of the migration in Semarang is the city involution and environment degradation. It is suggested that the regencies in the hinterland need to manage the relationship between locality and production system and global economy, to improve the peoples’ welfare and to prevent people from migrating to Semarang and other big cities.

    Urbanization and Regional Imbalances in Indonesia

    Get PDF
    The level of urbanization that occurred in Indonesia at this time is remarkable that causes the growth of cities very rapidly. The growth of cities is mainly due to various reasons such as the capitalization process, regional enlargement/reclassification, as well as migration from rural to urban. The growth of cities leads a lot of problems like environmental degradation, traffic congestion, poverty, crime and other social conflicts. Such a rapid rate of urbanization is a reflection of the inequity between rural and urban development. Lack of employment opportunities in the village causes the population to go into town to find work. The imbalance of development that occurs is a result of implementing a liberal economic system that only emphasizes growth, while on the other side of the agricultural sector is not paid any appropriate attention. The farmers are at a very weak and do not have a good bargaining position, with the exchange rate is very lame. Even regarding with the foodstuffs such as rice, wheat, sugar, salt, etc., Indonesia has to import from abroad. The imbalances of development do not only occur between rural and urban, but also between Java and the outside of Java, and between western and eastern Indonesia regions. This imbalance should be found a solution, with good management and equitable development, including the political will to reform the economic system in favor of the Indonesian people

    PENAMPUNGAN AIR HUJAN UNTUK KONSERVASI AIR DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

    Get PDF
    Abstrak: Kabupaten Grobogan menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang rawan bencana kekeringan pada musim kemarau. Permasalahan tersebut perlu diatasi dengan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui konservasi air. Tujuan umum kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini yaitu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang konservasi air. Solusi permasalahan diatasi dengan cara: (1) memberikan ceramah tentang teknik konservasi air dalam bentuk Rain Harvesting, biopori, dan penanaman; (2) Pemberian pelatihan dan percontohan pembuatan penampungan air hujan, pembuatan biopori sebagai langkah untuk menampung dan menyimpan air hujan; (3) Melakukan penanaman bibit pohon buah secara kolektif. Ketiga kegiatan pengabdian yang akan dilakukan tersebut adalah upaya yang dapat diberikan kepada Masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesulitan air. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini berupa ceramah/penyuluhan, demonstrasi dan praktik langsung, percontohan rain harvesting, pendampingan, dan praktek penanaman pohon yang produktif. Luaran yang dihasilkan berupa percontohan Rain harvesting, pembuatan biopori, penanaman pohon, publikasi pada jurnal terindeks Sinta 3, buku panduan konservasi air. Kegiatan dilakukan dengan cara ceramah & sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman konservasi air, pelatihan dan praktek pembuatan biopori di SD Sindureja 1, percontohan penampungan air hujan di Desa Ngrandah, dan praktek menanam tanaman konservasi.  Abstract:  Grobogan Regency is one of the regions in Indonesia that is prone to drought during the dry season. This problem needs to be overcome by carrying out community service activities through water conservation. The general aim of this community service activity is to provide understanding to the community about water conservation. The solution to the problem was overcome by: (1) giving a lecture on water conservation techniques in the form of Rain Harvesting, biopores, and planting; (2) Providing training and demonstrations on making rainwater reservoirs, making biopores as a step to collect and store rainwater; (3) Collectively planting fruit tree seedlings. The three service activities that will be carried out are efforts that can be given to the community to overcome the problem of water shortages. Community service activities are carried out in Toroh District, Grobogan Regency. The methods used in this activity are in the form of lectures/counseling, demonstrations and direct practice, rain harvesting demonstrations, mentoring, and productive tree planting practices. The output produced is in the form of a Rain harvesting pilot, biopore creation, tree planting, publication in the Sinta 3 indexed journal, water conservation guidebook. Activities were carried out by means of lectures & outreach to increase knowledge and understanding of water conservation, training and practice in making biopores at Sindureja 1 Elementary School, pilot rainwater harvesting in Ngrandah Village, and practice of planting conservation plants

    MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN BANJIR YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KOTA SEMARANG (Communities Empowerment Model in Managing the Floods in Line with Environmental Conception in Semarang (City))

    No full text
    ABSTRAKTujuan penelitian ini ialah 1. Untuk membuat kompilasi buku manual tentang pembuatan sumur resapan dan pengendalian sedimentasi dan erosi, yang sejalan dengan pembangungan masyarakat yang berwawasan lingkungan; 2. Untuk membuat model pemberdayaan masyarakat serta mengukur sikap dan pemahaman mereka dalam mengelola banjir dan rob; 3. Untuk membuat model pemberdayaan masyarakat dan mengukur efektivitasnya untuk peningkatan minatnya dalam membuat sumur resapan dan konstruksi pengendali sedimentasi dan erosi. Penelitian pada tahun kedua ini menggunakan pendekatan pseudo experiment riset. Desain riset ini adalah pre test dan pst test tanpa kelompok kontrol. Data dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara mendalam, pengamatan di lapangan, melakukan tes, menyebar kuesioner dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah : 1. Para ahli di bidang teknil sipil, geografi, media grafis, teknologi pendidikan dan lingkungan; 2. Masyarakat yang tinggal di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang dan masyarakat Desa Kradenan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa model pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan berbagai aktivitas seperti sosialisasi, pelatihan untuk membuat sumur resapan dan terasering kontur tanah. Stimulus dan pendampingan sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dalam mengelola banjir dan rob, mampu untuk meningkatkan sikap positif masyarakat dalam emngelola banjir dan rob, serta mampu untuk mengukur minat sejumlah masyarakat dalam embangun sumur resapan dan konstruksi pengendali sedimentasi dan erosi yang berwawasan lingkungan. ABSTRACTThe objective of this research is : 1). Compiling a manual concerning “absorption wells” and “sedimentation and errotion controlling” which in line with environmental conception for communities ; 2). To construct communities empowerment model and to measure effectivity of their knowledge and attitude in managing the floods and sea tides ; 3). To construct communities empowerment model and measuring effectivity in increasing their interesting to build “absorption wells” and “errotion and sedimentation controlling construction”. This second year research used “pseudo experiment” approach. The research design is a “pre test-post test without control group design”. The needed data were collected by deep interviews, field observations, test, questionnaires, and documentations. The subject of this research were : 1). The experts of civil engineering, geographics, graphics media, educational technology, and environmentally; 2). Communities who lives in Gogik villages, Ungaran sub-districts, and Kradenan Villages Gunungpati sub districts. The data will be analized by “T-test” for independent samples. The fields finding showed that communities empowerment models with the following activities : socialization, training for building “absorption wells” and “soil contour” terracering, stimulating and assistancing are effective, since could improving communities understanding in managing floods and sea tides, able to improving communities attitude positively in managing floods and sea tides, and able to measure the number of communities who were interesting in building “absorption wells” and “errotion and sedimentation controlling” in line with an environmental conception

    PERTUMBUHAN MEGAURBAN KEDUNGSEPUR

    Get PDF
    Over the last 20 years many urban areas have experienced dramatic growth, as a result of rapid population increase and the trans formation of the world economy because of a combination of  rapid technological and political change. In the case of Kedungsepur, the area has seen more than twofold growth. Migrants come to the inner zones from both the area's core and elsewhere in the country. Net migration, in many case, contributes as much as two thirds of the population growth in these zones, whereas in the city cores, net migration contributes little to growth. A comprehensive model suggests that urbanization in Kedungsepur is influenced by structural and social demographic factors. Thus, the balance between managing urban discharges to the environment and enhancing environmental resource capacity is the key determinant of sustainability

    URBANISASI DAN DAMPAKLINGKUNGAN DI KORIDOR KENDAL-SEMARANG-DEMAK (Urbanization and Environmental Impact in Kendal-Semarang-Demak Corridor)

    Get PDF
    ABSTRAKTujuan dari paper ini ialah untuk memberikan penjelasan tentang pola dan kecenderungan yang terjadi saat ini terkait pertumbuhan kawasan urban, dan mendiskusikan hubungan antara urbanisasi dan masalah lingkungan di Koridor Kendal-Semarang-Demak, serta implikasi kebijakannya. Lebih dari 20 tahun banyak kawasan urban yang mengalami pertumbuhan dramatis sebagai hasil dari pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan transformasi ekonomi dunia akibat kombinasi dari perubahan teknologi dan politik. Penduduk di perkotaan secara kasar dua kali lipat jika kawasan di pinggiran ditambahkan ke kawasan inti di metropolitan. Dalam kasus di Semarang, hal ini lebih dari dua kali lipatnya. Kawasan dalam didatangi para migran yang datang dari kawasan inti maupun dari pelosok negen. Migrasi netto dalam banyak kasus memberi kontribusi bagi pertumbuhan penduduk di kawasan tersebut, sedangkan di kawasan inti migrasi netto kecil kontribusinya. Model yang komprehensif disarankan karena urbanisasi di koridor Kendal-Semarang-Demak dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi yang bersifat struktural dan sosial. Oleh karenanya keseimbangan antara pelaksanaan manajemen lingkungan perkotaan dengan peningkatan kapasitas sumberdaya lingkungan, merupakan kunci utama bagi keberlanjutan di koridor ini dan kehidupan yang sehat pada umumnya. ABSTRACTThe purpose of this paper is to provide a broad overview of the recent patterns and trends of urban growth, and to discuss the relationship between urbanization and environment in Corridor Kendal-Semarang-Demak, and also to asses the policy implication. Over the last 20 years many urban areas have experienced dramatic growth, as a result of rapid population growth and as the world`s economy has been transformed by a combination of rapid technological and political change. The population of the cities roughly doubles when we add the zones to the metropolitan core. In the cases of Semarang, there is much more than a doubling. The inner zones are where the action is migrant come there from both the core and elsewhere in the country. Net migration in many cases contributes as much as two thirds of the population growth in these zones, whereas in the city cores, net migration contributes little to growth. A comprehensive model suggest that urbanization in Corridor Kendal-Semarang-Demak is influenced by structural and social demographic factors. So, the balance between managing urban discharges to environment and enhancing environmental resource capacity is the key determinant of the sustainability of the corridor and livability in genera

    Strategi Kebijakan Dalam Program Penurunan Angka Pernikahan Dini

    Get PDF
    Praktik pernikahan dini di Kabupaten Semarang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data dari Kementerian Agama Kabupaten Semarang mencatat sepanjang tahun 2016 jumlah pernikahan dini meningkat menjadi 125 kasus dari sebelumnya hanya 40 kasus pada kurun waktu 2015. Hal ini memerlukan perhatian dari pihak pemerintah setempat dalam upaya menekan angka pemikahan dini dan bagaimana strategi kebijakan yang dapat dilakukan terhadap masalah tersebut. Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan dengan usia di bawah ketentuan perundang-undangan yaitu 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan (UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan). Dampak pernikahan dini dalam berbagai aspek yaitu: kependudukan, kesehatan reproduksi, pendidikan, kesejahteraan keluarga dan kualitas hidup berkeluarga. Penelitian ini bertujuan tmtuk menganalisis strategi kebijakan dan upaya yang dilakukan pemerintah, serta faktor-faktor kendala dalam pelaksanaan program penurunan angka pernikahan dini di Kabupaten Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder berupa dokumen, Focus Group Disscussion (FGD) dan wawancara hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program yang berkaitan dengan upaya penurunan angka pernikahan dini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang melalui tiga dinas yang kompeten yaitu Dinas PPP A dan KB, Dinas Kesehatan, dan Dinas Pendidikan. Program-program yang dilaksanakan adalah Pusat Infonnasi dan Konseling (PIK) Remaja, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), dan Pembinaan Pendidikan Keluarga (Bindikel). Adapun dalam implementasi pelaksanaan program, belum ada kerjasama dan koordinasi antar Oganisasi Pemerintah Daerah (OPD), yakni dari ketiga dinas tersebut. Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program penurunan angka pernikahan dini di Kabupaten Semarang, antara lain yaitu : a) Penyebab pernikahan dini yang sangat kompleks dan tidak semua bisa dikendalikan melalui intervensi program. Married by Accident (MBA) atau kehamilan dini menjadi penyebab yang dominan dari praktik pernikahan dini. ; b) Alokasi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Finansial (anggaran kegiatan) yang kurang memadai. Jumlah SDM pengelola program tidak sebanding dengan jumlah sasaran Program
    corecore